Akhlak tercela
adalah sikap yang menunjukkan seseorang melanggar larangan Allah SWT. Sikap
ananiah (egois), gadab (marah), dan hasad adalah bentuk sikap-sikap yang
dilarang oleh Allah SWT untuk diterapkan manusia. Berikut pembahasan mengenai
ananiah (egois), gadab (marah), dan hasad.
Ananiah
Ananiah (egois) artinya sifat orang yang
selalu mementingkan diri sendiri. Adapun orangnya disebut individualis. Sikap
ananiah dapat ditemukan dengan mudah dalam kehidupan manusia modern. Terutama
kalangan masyarakat atas. Mereka banyak yang tidak kenal dengan tetangga. Apa
yang terjadi dengan tetangga pun tidak mereka pedulikan. Yang penting bagi
mereka, pagi berangkat bekerja, malam kembali ke rumah untuk beristrirahat. Begitulah
kira-kira kehidupan rutin mereka.
Sebenarnya kehidupan semacam itu justru
bertentangan dengan hakikat manusia sebagai makhluk social. Artinya manusia
tidak dapat hidup tanpa orang lain. Bayangkan, bukankah untuk bisa berpakaian
saja, kita membutuhkan peran orang banyak. Untuk bisa makan juga membutuhkan
peran orang lain, yaitu orang yang menyediakan beras, lauk pauk dan sebagainya.
Karena itu, kita harus bisa hidup bersama dengan orang lain. Tanpa orang lain
kita bukan apa-apa dan tidak akan bisa menjadi apa-apa. Sifat ananiah
bertentangan dengan agama Islam. Karena Islam tidak pernah menganjurkan atau
membolehkan pemeluknya untuk menjadi orang yang egois di tengah-tengah
masyarakat. Allah SWT memerintahkan kita untuk saling tolong-menolong dalam kebaikan,
dan Allah SWT melarang kita untuk tolong-menolong dalam hal kejelekan. Allah
berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 2 yang berbunyi : “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. Orang yang
egois biasanya membangga-banggakan diri sendiri, menganggap orang lain hina dan
rendah. Padahal Allah SWT dengan tegas tidak menyukai orang-orang yang sombong
dan membanggakan diri. Firman Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat 36 : “Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”.
Contoh perilaku Ananiah : di dalam
bersikap selalu ingin menang sendiri, tidak mau mengerti dan memahami perasaan
orang lain, selalu mengganggu kenyamanan hidup orang lain, tidak mau mendengar
saran atau kritikan orang lain. Menghindari perilaku ananiah : Menyadari bahwa
perbuatan ananiah dapat merugikan diri sendiri ataupun orang lain, menyadari
bahwa perilaku ananiah apabila dibiarkan akan mengarah pada sikap takabur
dibenci Allah SWT, menyadari bahwa manusia diciptakan sama dan mempunyai hak
yang sama, menekan bahwa nafsu dan memupuk sikap tenggang rasa.
Gadab (marah)
Marah adalah sifat yang semula ada pada
semua orang, antara mereka ada yang cepat marah dan ada yang lemah lembut.
Marah bukanlah suatu sifat yang boleh dibuat serta merta, malah ia biasanya
didahului sesuatu yang menyebabkan seseorang itu marah, perasaannya memberontak
dan akan bertindak kasar. Seseorang yang sedang marah akan hilang kewarasan
pikirannya. Pertimbangannya sudah hilang, lidahnya asyik memaki dan
mengejek-ejek. Kadang-kadang perasaan marah berkelanjutan sehingga menimbulkan
permusuhan antara keluarga dan sahabat, dan lebih aneh lagi ada orang yang
berkelahi dengan benda-benda tidak berakal. Seorang pemarah tergolong lemah
imannya, karena berpandangan picik dan tidak dapat mengendalikan hawa nafsunya.
Sifat ini berbeda dengan perintah Allah SWT untuk tidak cepat marah. Allah SWT
berfirman : “dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan)
orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan”. (Q.S. Ali Imran
134).
Contoh perilaku gadab : lebih cenderung
melakukan tindakan-tindakan yang kasar, seperti menggebrak meja, membanting
gelas, dan membunuh. Mudah tersinggung apabila ada perbuatan atau perkataan
orang lain yang tidak berkenan di hati. Tidak menyelesaikan masalah secara arif
dan bijaksana. Mudah terpancing emosi. Untuk menghindari perilaku gadab kita
harus senantiasa membaca istigfar sambil menarik nafas panjang, meninggalkan
factor-faktor yang menyebabkan timbulnya marah, menyadari bahwa perilaku amarah
sangat dibenci Allah SWT dan manusia, berusaha belajar memiliki sikap lapang
dada dan mudah memaafkan orang lain.
Hasad (dengki)
Hasad artinya menaruh perasaan benci,
tidak senang yang amat sangat terhadap keberuntungan orang lain. Hasad biasanya
berkaitan dengan sifat iri. Dengki atau sirik atau hasud (hasad) itu tidak
sekadar dosa biasa, bahkan dianggap berbahaya, karenanya harus dijauhi. Dalam
Al-Quran sendiri dalam surat Al-Falaq, Allah SWT memerintah Nabi Muhammad SAW
untuk berlindung dari tindakan penghasud. Ini cukup menunjukkan betapa
bahayanya tindakan hasud tersebut. Mengapa hasud itu sangat berbahaya ?
Pertama, bermula dari ketidak senangan terhadap kebahagiaan seseorang, biasanya
hasud lantas diiringi dengan keinginan mencelakakan orang tersebut. Kedua, ia
merupakan serangan sepihak, tanpa orang yang dihasud tahu kapan dan dari mana
asalnya serangan. Serangan sepihak seperti ini tentu lebih berbahaya, karena
pihak yang diserang tidak punya persiapan yang matang untuk balas melawan atau
bertahan.
Serangan di sini tidak terbatas pada
hal-hal yang bersifat fisik, tapi juga berwujud fitnah. Ketiga, disamping
berbahaya bagi orang lain, hasud adalah sumber kesengsaraan bagi diri
penghasud. Rasulullah SAW bersabda “Jauhilah olehmu semua kedengkian, sebab
kedengkian itu memakan segala kebaikan, sebagaimana api melalap kayu bakar yang
kering”. Ini artinya, kebaikan-kebaikan yang kita lakukan tidak ada artinya jika
kita masih suka menghasud. Contoh perilaku hasud : tidak mensyukuri setiap
nikmat yang diberikan Allah SWT kepada kita, tidak senang atas keberhasilan
atau kebahagiaan orang lain, tertawa di atas penderitaan orang lain, rasa tidak
percaya diri atas kekurangan ataupun kelebihan yang kita miliki, timbulnya
keinginan untuk mencelakakan orang lain. Untuk menghindari perilaku hasad kita
harus mensyukuri setiap nikmat yang diberikan Allah SWT, menyadari bahwa
perilaku hasad sangat berbahaya dan harus dijauhi, menyadari bahwa perilaku
hasud dapat menghapus segala kebaikan yang telah dilakukan apabila masih suka
menghasud.
Gibah (menggunjing)
Gibah atau yang dikenal sekarang dengan
kata “Gosip” merupakan hal yang biasa di zaman sekarang ini. Gibah adalah
mengumpat atau menggunjing, yaitu suatu perbuatan atau tindakan yang
membicarakan aib seseorang di hadapan orang lain. Karena dirinya merasa lebih
baik dan benci terhadap orang tersebut. Perbuatan mengumpat dan menggunjing
termasuk perbuatan tercela. Allah berfirman dalam Al-Quran surat Al Hujurat
ayat 12 yang berbunyi : “Dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati ? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat Lagi Maha
Penyayang”.
Contoh perilaku Gibah : Membicarakan
keburukan orang lain melalui lisan seperti antar tetangga yang satu dengan yang
lain, Membicarakan keburukan orang lain melalui bahasa isyarat, Membicarakan
keburukan orang lain melalui gerakan tubuh dengan maksud mengolok-ngolok,
Membicarakan keburukan orang lain melalui media masa tanpa ada maksud untuk
kebaikan. Perilaku untuk menghindari Gibah : Selalu mengingat bahwa perbuatan
gibah adalah penyebab kemarahan dan kemurkaan Allah SWT, Selalu mengingat
bahwasanya timbangan kebaikan gibah akan pindah kepada orang lain yang
digunjingkannya, Hendaklah orang yang melalukan gibah mengingat terlebih dahulu
aib dirinya sendiri dan segera berusaha memperbaikinya, Menjauhi factor-faktor
yang dapat menimbulkan terjadinya gibah, Senantiasa mengingatkan orang-orang
yang melakukan gibah.
Namimah (mengadu domba)
Namimah artinya mengadu domba, yaitu
memfitnah dua orang supaya saling bermusuhan. Sikap namimah sangat dicela oleh
Agama Islam. Orang yang mengadu domba disebut sebagai orang yang fasik,
sehingga segala perkataannya harus dicari tahu kebenarannya terlebih dahulu.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Al Hujurat ayat 6
yang berbunyi : “Hai orang-orang yang
beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah
dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesali perbuatanmu itu”.
Contoh perilaku Namimah : Mempunyai
maksud yang tidak baik terhadap orang lain terutama orang yang sedang diadu
domba, Terlalu mudah percaya kepada orang lain tanpa mengetahui kebenarannya,
Suka berkumpul atau menggosip, Provokator atau menjadi provokator. Perilaku
untuk menghindari Namimah : Menyadari bahwa perilaku Namimah menyebabkan
seseorang tidak masuk surge meskipun rajin beribadah, Jangan mudah percaya pada
seseorang yang memberikan informasi negative tentang orang lain, Menghindari
factor-faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku namimah seperti berkumpul
tanpa ada tujuan yang jelas dan menggosip..
baca juga : Amalan Untuk Hati Manusia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar