Scroling

Dari Abu Sa'id Al-Khudzri R.A, Rasulullah SAW bersabda “Tidaklah sekelompok orang duduk dan berdzikir kepada Allah Ta'ala, melainkan mereka akan dikelilingi para Malaikat, mendapatkan limpahan rahmat, diberikan ketenangan hati, dan Allah pun akan memuji mereka pada orang yang ada di dekat-Nya” (HR.Muslim)

Jumat, 19 September 2014

TIPS MENGGAPAI HIDUP YANG BARAKAH


Memang keberkahan itu adalah anugerah dari Allah Ta’ala yang Ia berikan pada para hamba-Nya yang dikehendaki. Barang siapa yang dikehendaki Allah untuk diberikan keberkahan dalam setiap apa yang ia lakukan, tidak ada yang bisa menghalanginya. Dan barang siapa yang dijauhkan Allah dari keberkahan, tidak ada yang bisa memberikan keberkahan kecuali Ia. Kita hanya bisa mengusahakan dengan amalan-amalan yang mendatangkan keberkahan.
Walau demikian, kita tidak diperbolehkan untuk meninggalkan amalan-amalan yang menghantarkan pada keberkahan. Karena mengharapkan sesuatu tanpa usaha adalah bohong, sementara usaha yang sungguh-sungguh tanpa do’a agar diberikan keberkahan adalah sombong.

Dalam mengusahakan keberkahan, kita tidak diperbolehkan untuk mencarinya dengan amalan-amalan yang tidak dituntunkan oleh Islam. Seperti mencari berkah lewat kuburan-kuburan, mendatangi tempat-tempat keramat dan juga mengadakan acara ritual-ritual kesyirikan. Ada juga yang mencarinya dengan memohon pada ruh-ruh para wali yang telah meninggal. Semua itu mereka lakukan agar dilariskan perniagaannya, dimudahkan jodohnya, dipandaikan sekolahnya, diselesaikan segala urusannya dan yang lainnya. Jelas ini tidak akan mendatangkan keberkahan dari Allah Ta’ala, dan bahkan malah mengundang murka-Nya.
Kiat mendapat keberkahan

Ilmu adalah sesuatu yang harus dipenuhi sebelum berkata dan beramal. Disaat keinginan yang kuat, hati yang ikhlas serta do’a yang tidak pernah henti, tetapi tidak dibekali ilmu yang mumpuni, bisa jadi amal kita tidak sampai pada Allah Ta’ala.

Termasuk juga keberkahan. Jika usaha kita sunguh-sungguh, hati yang ikhlas serta berdo’a agar diberi keberkahan, tetapi tidak tahu cara apa yang harus ditempuh, bisa jadi kita menempuh jalan yang keliru. Melalu tulisan ini, kita akan bahas tips untuk mendapatkan keberkahan sehingga kita dapat menapaki jalan-jalan tersebut dan menjauhi jalan-jalan yang menyimpang. Diantara tips tersebut adalah ;

Kiat pertama: Iman kepada Allah.

Inilah syarat pertama dan terbesar agar rizqi kita diberkahi Allah. Yaitu dengan merealisasikan keimanan kepada Allah Ta’ala. Dalam alqur’an disebutkan :

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاء وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ

“Andaikata penduduk negri-negri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” [ QS. Al A'raf 96 ].

Demikianlah imbalan Allah kepada orang-orang yang beriman dari hamba-hamba-Nya. Dan sebaliknya, orang yang kufur dengan Allah Ta’ala, niscaya ia tidak akan pernah merasakan keberkahan dalam hidup.

Diantara perwujudan iman kepada Allah Ta’ala yang berkaitan dengan penghasilan ialah dengan senantiasa yakin dan menyadari bahwa rizqi apapun yang kita peroleh atas karunia dan kemurahan Allah semata, bukan atas jerih payah atau kepandaian kita. Yang demikian itu karena Allah Ta’ala telah menentukan jatah rizqi setiap manusia semenjak ia masih berada dalam kandungan ibunya.

Bila kita pikirkan diri dan negri kita, niscaya kita dapatkan buktinya, setiap kali kita mendapatkan suatu keberhasilan, maka kita lupa daratan, dan merasa itu adalah hasil dari kehebatan kita. Dan sebaliknya, setiap terjadi kegagalan atau bencana kita menuduh alam sebagai dalangnya, dan kita melupakan Allah Ta’ala . mungkin inilah yang menyebabkan negeri kita ditimpa berbaagi permasalahan. Dan mungkin inilah yang menyebabkan ditahannya keberkahan dari langit untuk negeri kita.

Kiat kedua: Beramal Sholeh.

Yang dimaksud dengan amal sholeh ialah menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya sesuai dengan syari’at yang diajarkan Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. Inilah hakikat ketaqwaan yang menjadi persyaratan datangnya keberkahan. Dan juga ditegaskan pada janji Allah berikut:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ

“Barang siapa yang beramal sholeh, baik lelaki maupun perempuan sedangkan ia beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An Nahel 97).

Ibnu Katsir rahimahullah ketika menyebutkan hadits tentang dikembalikannya keberkahan bumi, beliau menyatakan: “Tidaklah hal itu terjadi melainkan atas keberkahan penerapan syari’at Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. Setiap kali keadilan ditegakkan, niscaya keberkahan dan kebaikan akan melimpah ruah”.
Akan tetapi sebaliknya, bila kita enggan untuk beramal sholeh, atau bahkan mengamalkan kemaksiatan, maka yang kita petikpun juga kebalikan dari apa yang telah disebutkan di atas. Allah Ta’ala berfirman:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى

“Dan barang siapa berpaling dari beribadah kepada-Ku / peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiyamat dalam keadaan buta.”( Thaaha 124.)

Ulama’ ahli tafsir menyebutkan bahwa orang-orang yang berpaling dari mengingat Allah dengan beribadah kepada-Nya, maka kehidupannya akan senantiasa dirundung kesedihan dan duka. Dikarenakan mereka senantiasa disiksa oleh ambisi menumpuk dunia, sifat kikir yang senantiasa membakar hatinya, dan rasa takut akan kematian yang senantiasa menghantuinya [Adhwa’ul Bayan 4/197.]

Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda:

إن الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ

“Sesungguhnya seseorang dapat saja tercegah dari rizqinya akibat dari dosa yang ia kerjakan.” (riwayat Ahmad, Ibnu Majah, Al Hakim dll).

Ibnul Qayyim berkata: “Dan diantara hukuman perbuatan maksiat ialah: kemaksiatan akan menghapuskan keberkahan umur, rizqi, ilmu, amalan, amal ketaatan. Dan secara global kemaksiatan menjadi penghapus keberkahan setiap urusan agama dan dunia. Karenanya tidaklah akan engkau dapatkan orang yang umur, agama, dan dunianya paling sedikit keberkahannya dibanding orang yang bergelimang dalam kemaksiatan kepada Allah. Tidaklah keberkahan dihapuskan dari bumi kecuali dengan sebab perbuatan maksiat manusia.”

Kiat ketiga: Mensyukuri segala ni’mat.

Tiada kenikmatan apapun wujudnya yang dirasakan oleh manusia di dunia ini, melainkan datangnya dari Allah Ta’ala. Oleh karena itu Allah Ta’ala mewajibkan atas mereka untuk senantiasa bersyukur kepadanya, yaitu dengan senantiasa mengingat bahwa kenikmatan tersebut datangnya dari Allah, kemudian ia mengucapkan hamdalah, dan selanjutnya ia menafkahkannya di jalan-jalan yang di ridhoi Allah. Orang yang telah mendapatkan karunia untuk dapat bersyukur demikian ini, akan mendapatkan keberkahan dalam hidupnya, sehingga Allah akan senantiasa melipat gandakan untuknya kenikmatan:

]وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Dan ingatlah tatkala Tuhanmu mengumandangkan :”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” [ QS. Ibrahim 7 ].

Sebagai contoh nyata adalah kisah kaum saba’ yang disebutkan dalam al qur’an

]لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَن يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِن رِّزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ {15} فَأَعْرَضُوا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنَاهُم بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَى أُكُلٍ خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَيْءٍ مِّن سِدْرٍ قَلِيلٍ [ سبأ 15-16

“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan disebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugrahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negrimu) adalah negri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun. Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon atsel (cemara) dan pohon bidara.” (Surat Saba’ 15-16).

Tatkala kaum Saba’ masih dalam keadaan makmur dan tentram, Allah Ta’ala hanya memerintahkan kepada mereka agar bersyukur. Ini menunjukkan bahwa dengan syukur, mereka dapat menjaga kenikmatan mereka dari bencana, dan mendatangkan kenikmatan lain yang belum pernah mereka dapatkan.

Banyak orang yang beranggapa bahwa syukur itu cukup dengan mengucapkan alhamdulillah. Padahal perwujudan rasa syukur yang benar itu tidak hanya lesannya saja. Akan tetapi hatinya juga bersyukur dengan meyakini nikmat tersebut datangnya dari Allah Ta’ala, dan menggunakan nikmat tersebut untuk ketaatan pada Allah Ta’ala.

Syaikh Shalih Fauzan berkata bahwa syarat syukur ada tiga. Pertama, mengucapkan syukur tersebut secara jelas dengan lesannya. Kedua, mengetahui dan yakinnya batin bahwa nikmat yang ia peroleh adalah dari Allah Ta’ala. Sehingga antara lesan dan hati selaras. Yang ketiga, dia harus menggunakan nikmat tersebut untuk taat pada Allah Ta’ala. Artinya jika seseorang diberikan nikmat, kemudian tidak ia gunakan untuk taat pada Allah, maka ia telah mengkufuri nikmat Allah Ta’ala. [ Syarkh I'anatul mustafid bi syarhi kitabit tauhid, shalih fauzan bab : 41 ].

Masih banyak tips agar kehidupan kita barakah, tetapi tiga hal diatas insyaallah sudah mewakili tips – tps yang lain. Yang penting bagi kita adalah usaha yang maksimal serta do’a yang sungguh-sungguh untuk mendapatkan keberkahan tersebut. Kita memohon pada Allah agar menurunkan keberkahan pada diri kita, keluarga kita dan juga masyarakat kita. Amiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar