Kata taubat sudah menjadi bahasa keseharian dalam kehidupan kita. Taubat selalu
diidentikkan dengan para pendosa. Taubat sering disandarkan kepada mereka yang
bergelimang dalam dunia ‘gelap’ penuh dengan kemaksiatan. Demikianlah sehingga
para pelaku dosa itu harus kembali hidup di jalan yang lurus dengan
menghindarkan diri dari kesesatan.
Memang demikianlah makna taubat secara bahasa yaitu kembali. Artinya, kembali
meinggalkan perkara yang tercela dalam pandangan agama. Perkara yang tercela
sangat banyak ragam dan tingkatannya. Bagi mereka yang berkecimpung dalam
kehidupan yang sarat akan kemaksiatan maka taubat itu harus dilakukan untuk
menghindarkan diri dari kemaksiatan tersebut. Bagi mereka yang keseharainnya
selalu mengerjakan dosa-dosa kecil, maka taubatnya adalah menghindar dari
dosa-dosa kecil tersebut. Karena jika ditumpuk, maka yang kecil akan menjadi
besar juga. Demikian juga bagi mereka yang hiruk-pikuknya dalam kubangan kemakruhan
(perkara yang dibenci agama) maka pertaubatannya dengan menghindar dari
kemakruhan. Setiap pribadi harus selalu bertaubat menurut kapasitas
masing-masing.
Abdul Wahhab As-Sya’roni menjabarkan berbagai tingkatan taubat. Taubat paling
dasar adalah taubat yang harus dilakukan untuk kembali dari dosa-dosa besar,
dosa-dosa kecil, kemakruhan dan dari perkara yang tidak diutamakan.
Tingkatan
kedua adalah bertaubat dari merasa diri sebagai orang baik, merasa dirinya
telah dikasihi Allah dan bertobat dari merasa dirinya telah mampu bertaubat
kepada Allah swt. Sesungguhnya berbagai macam perasaan ini aalah sebuah
kesalahan yang lahir dari penyakit hati manusia yang sangat halus.Dan puncak
taubat adalah kembali mengingat Allah swt dari kelalaian mengingatnya waluapun
sekejap saja. Karena melupakan-Nya adalah sebuah dosa.
Demikianlah tiga tingkatan taubat yang dijabarkan oleh As-Sya’roni. Selanjutnya
tinggal kita meraba diri masing-masing dimanakan posisi kita berada dalam tiga
tingkatan taubat tersebut. Andaikata kita masih berada dalam tingkat dasar,
hendaklah kita pertahankan taubat kita sambil berusaha belajar menginjak taubat
tingkat kedua. Dan apabila kita telah berada di tingkat kedua, maka
berhati-hatilah sesungguhnya syaitan selalu mengintai kelengahan agar kita
kembali terjerembab dalam kubangan dosa.
Oleh
karena itu, Allah swt berfirman dalam surat Hud ayat 112
فَٱستَقِم
كَمَآ أُمِرتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطغَواْ إِنَّهُ بِمَا تَعمَلُونَ
بَصِيرٌ
Maka
tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan
(juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas.
Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
Bertaubat tidaklah harus menunggu perbuatan dosa terlebih dahulu, tetapi setiap
dosa harus segera ditaubati. Karena pada dasarnya manusia yang hidup di dunia
ini berada dalam kubangan kesalahan. Baik kesalahan dhahir yang kasat mata
maupun kesalahan bathin yang dilakukan hati. Sebagaimana Rasulullah saw pernah
menerangkan hal ini kepada Abdillah bin Mas’ud “Barang siapa bertaubat tetapi
tidak meninggalkan kesombongan dan kecongkakannya, berarti dia belum bertaubat”
Taubat merupakan kesempatan yang disediakan oleh Allah swt kepada hambanya yang
telah melakukan kesalahan. Taubat adalah peluang emas bagi manusia untuk lebih
mendekatkan diri kepada Tuhannya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi
Maha Penyayang. Oleh karena itulah jika kita ingin disayang olehnya segeralah
bertaubat.
إن
الله يحب التوابين ويحب المتطهرين
Allah
swt sungguh mengistimewakan para pertaubat, apalagi jika mereka adalah
orang-orang muda. Sungguh Allah swt. akan mengganti segala keburukannya menjadi
kebaikan
إلا
من تاب وأمن وعمل عملا صالحا فأولئك يبدل الله سيئاتهم حسنات
kecuali
orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu
kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan.
Demikianlah Allah swt benar-benar mengistimewakan mereka yang bertaubat
sebagaimana kisah seorang pemabuk ketika berjumpa degan Umar bin Khattab,
sedangkan dia sedang membawa botol berisi menuman keras. Diceritakan pada
sebuah lorong kota Madinah, Umar bin Khattab tak sengaja berjumpa dengan
seorang pemuda yang sedang berjalan dengan menenteng minuman keras. Begitu
pemuda itu sadar sosok yang berpapasan dengannya adalah Umar, seketika itu pula
secara reflek ia sembunyikan minuman keras dibalik jubahnya. Lalu Umar bertanya
tentang botol apakah gerangan yang berada dibalik jubahnya tersebut. Begitu
malunya pemuda itu akan tingkah lakunya sehingga ia berdo’a dalam hati “Ya
Allah janganlah Engkau membuka rahasia–keburukan-ku. Dan janganlah Engkau
permalukan diriku di hadapan Umar bin Khattab, tutuplah semua itu dan aku
berjanji tidak akan minum-minuman keras lagi selamanya”. Kemudian pemuda itupun
berbohong dan menjawab bahwa yang ada di balik jubahnya adalah cukak “Ya Amiral
Mukminin yang aku bawa ini adalah cukak”. Umarpun menuntut lebih jauh “bukalah
sehingga aku mengetahui apa yang sebenarnya kau sembunyikan dibalik jubahmu itu”.
Maka pemuda itupun mengeluarkan botol yang berada di balik jubahnya dan masyaallah
minuman keras itu telah berubah menjadi cukak yang nikmat dan segar.
Inilah bukti betapa Allah swt memang mengistimewakan para pertaubat. Mereka
yang telah bertekad bulat meninggalkan keburukan pasti Allah swt ganti dengan
kebaikan ‘yubaddilullahu sayyiatihim hasanatin’. Kisah di atas menjadi
petunjuk bagi kita semua bahwa modal bertaubat bukanlah baju koko, peci ataupun
sorban dan sajadah, tetapi dengan tekad bulat dan niat yang mantab dalam hati
untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama, serta kesadaran bahwa hanya
Allahlah yang memberi petunjuk sekaligus Sang Maha Penerima Taubat.
Bukankah pengakuan akan kesalahan dan kebulatan tekad dari Nabi Adam as.
sehingga Allah swt menerima pertaubatannya setelah Nabi Adam as. terbujuk
syaitan memakan buah khuldi di surga.
قَالا
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Keduanya
berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika
Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah
kami termasuk orang-orang yang merugi.
Sesungguhnya mereka yang bertaubat akan diselamatkan Allah swt dari
perbuatan-perbuatan yang buruk.
من
أحكم مقام توبته حفظه الله تعالى من سائر الشوائب التى فى الأعمال
Barang
siapa memperkuat taubatnya, pasti dijaga Allah dari segala hal yang merusak
keikhlasan dalam beramal.
جعلنا
الله واياكم من الفائزين الامنين, وأدخلناواياكم فى عباده الصالحين
***
1 komentar:
Subanallah bgitu byk karomah beliau
Posting Komentar